25 June 2012

Klotur Demits Touring Bandung

Sebuah kisah Klotur (Kelompok Turing) yang diberi nama Demits atau The Myths yang melakukan perjalanan dini hari dengan menggunakan sepeda motor Bajaj Pulsar tujuan Kota Bandung tanggal 8 dan 9 Juni 2012. Gak ada alasan khusus menggunakan nama klotur itu, hanya spontanitas saja. Tujuan utama perjalanan ini adalah menghadiri pernikahan salah seorang sahabat milis yaitu Epri T. Saputra a.k.a Eprex Ranger 786 Pulsarian Bandung. Demits beranggotakan 6 orang penghuni mailing list (milis) BIM dan milis spesial OOT yaitu milis Tamsur tempatnya manusia-manusia doyan ngebanyol bersubject e-mail yang senantiasa gak jelas. Kedua milis tersebut adalah tempat kumpul on-line pengguna motor Bajaj Pulsar, tidak hanya dari Komunitas Pulsarian namun juga dari komunitas motor maupun privatir lainnya.

Keterangan Foto : Om Don 069 dan Zuzu 504 di Kota Bandung (picture taken from Budi 151)



Tikum
Kami biasa menggunakan istilah TIKUM (Titik Kumpul) untuk menunjukan lokasi suatu tempat yang dijadikan sebagai titik awal melakukan perjalanan turing. Pamulang adalah kesepakatan kami melakukan titik kumpul. Pilihan jatuh pada rumah kediaman salah satu dedengkot atau bisa dibilang orang yang paling senior di grup turing (sebutan lain klotur) Sadono Hariadi atau biasa disapa Om Don, Kang Don atau Om Jin Pamulang, Ranger 069. Berhubung Jumat tanggal 8 adalah hari kerja, kami berenam sepakat melalui multiple chat di blackberry messenger, memecah dua kelompok untuk berangkat ke Tikum. Tosari "Bango" Hartono Ranger 597 dan Zainul "Zuzu" Abrar Ranger 504 kumpul dengan saya di Pejambon, sedangkan Bagus "Djapto" Ranger 117 dan Arief "Ogie" salah satu anggota Sahabat Pulsarian janjian di rumah Ogie. Saya, Zuzu dan Bango berangkat dari Pejambon sekitar pukul 23.00wib ditemani rintik hujan dan jalanan macet menuju Pamulang. Saya memimpin sekelompok kecil ranger ini menembus kemacetan hingga selepas perempatan Lebak Bulus, kemudian pimpinan kelompok diambil alih oleh Zuzu hingga sampai ke rumah Om Don, karena memang dialah yang tahu jalan sebab sering banget "mengapeli" Om Don hingga larut malam dengan alasan masalah kelistrikan. Hehe.. 
Tak jauh dari pintu gerbang komplek, kelompok kami bertemu dengan Djapto dan Ogie lalu kami bersama-sama masuk ke dalam komplek yang sudah sunyi dan cuaca saat itu masih hujan gerimis.

Zuzu dan Ogie Lagi Nongkrong di Pelataran Parkir

Kopi Espresso dan Piala Eropa
Setiba di rumah Om Don, cuaca masih gerimis. Kami mengibaskan jas hujan kami satu persatu. Om Don sudah menunggu kami dengan masih bercelana pendek.

Bango Lagi Nonton Pertandingan Pembuka Piala Eropa

Djapto Ganti Oli Supaya Masukin Giginya Lancar :D

Pukul 00.00 wib, kami beristirahat menunggu hujan reda. Om Don menyediakan Kopi Espresso pakai campuran susu dan gula, kecuali Bango yang (gak) biasanya minum kopi hitam, mungkin stress karena kalah taruhan di pertandingan perdana Piala Eropa, Polandia Vs Yunani. Sementara itu Djapto ganti oli yang ditangani langsung oleh Om Don. Bango serius nonton bola sedangkan saya dan Zuzu tidur-tiduran menikmati gorengan piscok plus kopi espresso sembari nonton Bango yang lagi nonton Bola.

Leyeh-leyeh (Picture Taken by Bagus 117)



Siap-Siap T-Clock
Jam menunjukan pukul 01.15 wib, satu-persatu mulai siap-siap menggunakan aparel berkendara. Sepatu boot, celana panjang, sarung tangan, protektor dengkul, jaket, rompi, balaclava, dan helm. Keadaan cuaca masih belum bersahabat, hujan turun rintik-rintik halus. Sebelum berangkat, T-Clock dilakukan dan tidak lupa pula kami panjatkan doa. Setelah pasti semuanya siap kami pun berangkat meninggalkan Tikum sekitar pukul 01.30 wib dengan tujuan Kota Bogor.

Dari kiri ke kanan Bango, Zuzu, Om Don, Ogie dan Djapto
 
Demits : 3 motor P180 (Djapto di dalam Garasi), 2 motor P200 dan 1 motor P220
Rute Perjalanan
Perjalanan Klotur Demits menuju ke Kota Bandung mengambil rute Puncak via Jalan Raya Parung masuk Kota Bogor terus lanjut ke Ciawi. Saya berposisi sebagai Road Captain (RC), urutan kedua Bango, kemudian diikuti Djapto, Ogie, Zuzu dan Om Don dengan P220 Little Silbie-nya mengambil posisi paling belakang sebagai Sweeper. Sengaja digunakan formasi seperti ini karena jika si Little Silbie dijadikan RC maka dijamin semua akan keleleran ngubernya. 

Kami sempat berhenti beberapa menit untuk pakai jas hujan karena beberapa kilometer sebelum masuk kota Bogor tepatnya di Jalan Raya Parung debit curah hujan kembali lebat tak terprediksi. Setelah jas hujan lengkap melindungi sekujur badan, kami melanjutkan perjalanan kembali.

Masuk Kota Bogor kira-kira jam 02.20 wib. Kami beristirahat di sebuah warung tenda di Jalan Raya Tajur, saat itu jam menunjukan pukul 02.40 wib. Sudah semenjak keluar dari Pamulang Djapto minta makan, tapi sepertinya dia enggan makan di rumah Om Don.




Karena sudah hari sudah larut dan banyak warung makan yang sudah tutup akhirnya kita baru bisa dapat tempat dengan suasana lumayan enak di Tajur. Kami istirahat dan makan lumayan lama mungkin kira-kira 1 jam kemudian kami melanjutkan perjalanan.

Rem Panas dan Tragedi Sidebox Copot
Perjalanan kami lanjutkan dalam keadaan perut kenyang melewati Ciawi - Gadog - Cisarua dan seterusnya hujan tak lagi turun. Kondisi jalanan masih basah akibat hujan. Udara Puncak dingin seperti kulkas, namun kami merasa nyaman didalam aparel khas biker lengkap yang menyelimuti tubuh dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kami sempet berhenti lagi di sekitar Puncak Pass, karena Djapto mau ganti dari sarung tangan bolong jari ke sarung tangan full tutup jari. Bango yang gak bawa sarung tangan full tutup jari harus merelakan jemari tangannya digerogotin udara dingin Puncak. Namun sepertinya tak masalah bagi dirinya karena pendidikan Menwa yang dulu pernah diikutinya di Planet Namec telah membuat jari-jemarinya kuat dan tahan terhadap udara dingin. Halah.. Hehe..

Selepas Cimacan, Zuzu ketok helm minta agar kita berhenti di pompa bensin terdekat untuk buang air kecil. Kami berhenti di sebuah SPBU beberapa kilometer sebelum masuk Kota Cianjur, di sebelah kanan jalan. Kalo tidak salah jam sudah menunjukan pukul 04.15 wib. Om Don dan Ogie sempat memeriksa rem depan P180 hitam milik Ogie yang agak macet. Nampaknya rem depan bekerja terlalu berat ketika menuruni turunan Ciloto. Silvie (nama P200 tunggangan Saya) dengan kondisi full box (box samping Givi E21 dan box tengah Coocase S48) tidak mengalami gejala over stress pada rem depan maupun belakang karena Saya belajar dari Ayah Saya untuk menggunakan tehnik Engine Brake ketika berada dalam jalanan menurun. Tehnik ini sungguh efektif menghindari gejala rem mengunci karena panas akibat menahan beban berlebih. Beban kendaraan didistribusikan pada putaran mesin dengan demikian kita cukup sekali-sekali saja menekan/menginjak tuas rem untuk mengontrol laju sepeda motor.

Setelah mendinginkan rem, kami melanjutkan perjalanan melewati Kota Cianjur. Ternyata minor problem yang kami alami tidak saja pada permasalahan rem depan. Ditengah kondisi jalanan yang masih basah, sepi dan gelap, Saya sebagai RC berusaha untuk menjaga kecepatan antara 65 kmpj - 75 kmpj. Selang beberapa lama sebelum memasuki Jalan Raya Ciranjang - Rajamandala, Djapto ketok helm, tapi saya tidak melihat dia melakukannya. Saya mengira signal Djapto itu menunjukan bahwa saya berjalan terlalu lambat. Lalu saya tambah kecepatan antara 70 - 85 kmpj dengan kondisi jalan hampir sama gelap, dingin agak berkabut namun jarak pandang masih baik. Kalian semua tau lah bagaimana sorot lampu standard P200. Saya tidak melihat hazard berupa rel kereta api yang melintasi Jalan Raya Rajamandala, dengan terpaksa saya menerjang rel kereta api tersebut dengan kecepatan kira-kira 70 kmpj, gubraaaaaak sroooootttt... bunyi benda jatuh dan terseret mengagetkan saya. Ternyata bukan salah seorang dari kami yang jatuh, namun sidebox Givi E21 sebelah kanan motor saya (boleh pinjem dari Pak Wahyu Forsot, Boss Nissan) terlepas menghempas aspal ketika menerjang rel kereta sialan itu. Spontan kami semua berhenti. Zuzu dan Ogie berusaha mengamankan sidebox jatuh itu dengan cara ditendang-tendang sementara mereka masih duduk mengendarai motornya, seperti atlet futsal. 


Ketok helm Djapto yang saya salah artikan ternyata adalah dia minta berhenti untuk minum kopi karena mengantuk, saya telah menyalahartikannya. Miskomunikasi itu hampir saja membawa saya dalam celaka. Sekitar pukul 05.45 wib beberapa saat setelah kejadian itu kami berhenti di warung selepas jembatan sungai Citarum melepas ketegangan sambil menikmati rokok dan kopi panas.







Istirahat di Warung Kopi - Rajamandala
Ketika sedang menikmati kopi susu saya menyempatkan buka pesan di blackberry messenger group odong-odong, ternyata warning hazard tentang rel kereta api itu sudah diberitahukan oleh Bangzai 458 beberapa saat sebelum kejadian. Bangzai diketahui riding tandem berdua Abah Edy Ketum 112 berposisi saat itu sudah memasuki Kota Bandung dengan tujuan yang sama yaitu menghadiri resepsi pernikahan Eprex. Seandainya miskomunikasi tidak terjadi dan kami berhenti sebelum rel kereta api mungkin saya akan punya kesempatan membaca warning hazard yang disampaikan Bangzai, dan mungkin tragedi box copot itu tidak terjadi.

Akhir Perjalanan - Resepsi Eprex
Kami melanjutkan perjalanan menuju Cimahi - Bandung pukul 06.30 wib. Pimpinan group riding beralih ke Bango yang memimpin mulai selepas beristirahat di Rajamandala hingga memasuki Kota Bandung. Rute yang dilalui adalah Cipatat - Padalarang - Cimahi - Bandung. Memasuki Cimahi lalu-lintas mulai padat. Hari Sabtu pagi masih ada orang-orang yang berangkat kerja atau ke sekolah. Kami berbaur dengan pengguna jalan lain tanpa ada salakan sirene dan kedipan lampu strobo dari motor kami. Karena memang tiada satupun diantara kami yang pasang barang-barang ilegal itu (Ilegal bagi Pulsarian - Maklumat Ketua Umum yang menyatakan bahwa setiap anggota Komunitas Pulsarian dilarang pasang perangkat sirene dan strobo). Perjalanan kami lalui mulus tanpa ada kendala. Setiba di fly over dekat stasiun Cimindi kami berpisah. Saya, Om Don dan Zuzu mengambil arah Jalan Rajawali menuju rumah tante saya di Inhofteng, sedangkan Djapto, Ogie dan Bango belok ke arah Pasteur menuju arah rumah kenalan Djapto di daerah Bandung Selatan.

Silvie dan Little Silbie di Jalan Inhofteng

Si Ireng Tunggangan Zuzu 504


Jam menunjukan sekitar pukul 08.00 pagi. Kami bertiga beristirahat sambil tidur-tiduran di Inhofteng, sementara menunggu waktu resepsi pernikahan kawan Eprex, kami menerima kabar bahwa Djapto, Ogie dan Bango berada di Bengkel Resmi Bajaj di Kota Bandung karena mesin motor Bango trouble. Saya sendiri tak begitu menyimak masalah yang terjadi karena kondisi tubuh sudah dibawah ambang batas sadar alias ngantuk berat. Berharap permasalahan segera teratasi, toch mereka sudah berada di bengkel.

Setelah beristirahat lumayan lama, mandi dan ganti baju serta pakai sepatu necis, sekitar jam 11.00 kami bertiga berangkat menuju ke resepsi pernikahan Eprex di Jalan BKR yang tidak jauh dari Inhofteng.


Suasana Resepsi - Tampak Ndee 203 dan Istri Tercinta

Kedua Mempelai

Abah Edy memberi pengarahan kepada Kang Budi



Bangzai, Om Don, Niksen dan Zuzu


Suasana Tenda di Luar Gedung Resepsi di Jalan BKR

Nongkrong Nungguin Tim Otewe : Bango, Ogie dan Bagus "Djapto" yang gak dateng-dateng :D


Om Don dan Zuzu
Saya, Zuzu dan Om Don (picture taken by Bangzai)

Sufenir dari Eprex

Demikianlah kisah perjalanan Klotur Demits. Setelah selesai acara resepsi saya langsung kembali ke Jakarta seorang diri pada pukul 15.00 wib , yang lainnya kembali ke Jakarta pada esok harinya, hari Minggu tanggal 10 Juni 2012. Semua anggota Klotur Demits dilaporkan telah kembali ke rumah masing-masing bertemu keluarga dengan selamat dan Zero Accident.


The End

6 comments:

  1. Nice share....
    :kangen turing:

    ReplyDelete
  2. Tob Banged dah!!!
    tinggal di tambahin tuh tim OTW "nyasar" kemana? hayo ngaku lu pada.....


    hihihihhiiiiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasi om.. "nyasar" kebengkel laen sih kayaknyah.. Hahahahaha

      Delete
  3. luar biasa om ruben di tunggu up date turing ke pulau lombok nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oke Om Yuna... Saya ada di Bali awal Desember tahun ini naik Pulsarian Air. Kalo sempet nyebrang ya.. hehehe..

      Delete